Minggu, 20 Desember 2015

7 Hikmah Dari Pendakian Gunung Salak

Masih tentang Gunung Salak.

Iya, pendakian kali ini memang benar - benar berkesan buat gw. Beda dengan pendakian gunung sebelumnya yang misinya ngejar sunrise lah, edelweis lah, apalah, tapi bagi kami waktu itu yang penting bisa pulang ke rumah secepatnya. Padahal sebenarnya visi awal emang mengejar sunrise sih. hahaha..

Kali ini gw akan share 7 hikmah yang mungkin bisa di jadikan tips ketika kalian akan mendaki, khususnya Gunung Salak

Pertama
Tahu sama siapa kita mendaki. Hal pertama yang paliiiinggg penting menurut gw. Kenal lebih jauh dengan teman sesama pendaki dalam rombongan adalah hal yang paling utama. Gw sadar banget kalau gw masih amatiran untuk menjadi pendaki ulung. Makanya waktu diajak ke Gunung Salak sama andi sebenernya gw ngga ragu, cuma mikir aja, "Masa naik lagi!". hehehe... 

Kedua
Siapin fisik dan mental. Gunung ini benar - benar masih berupa hutan yang rapat banget. Banyak banget mitos yang berkembang di sana. Ada yang bilang angker lah, banyak orang hilang lah dan masih banyak lagi. Apalagi waktu musim hujan rawan banget sama longsor. FYI nih, dua minggu sebelum hari H, setiap pagi gw selalu rutin minum air madu hangat dan sempetin untuk lari di CFD sekali. Hasilnya? Lumayan lahhh.. tanya aja sama Maul dan Mastur. hahaha..

Ketiga
Persiapkan barang bawaan jauh - jauh hari. Bikin list kalau perlu. Barang yang wajib di bawa menurut gw adalah : senter/headlamp, payung, ponco/jas hujan, geiter atau kalau ngga ada pakai kaos kaki panjang untuk menghindari pacet atau lintah yang pasti pada keluar pas musim hujan minimal 2 buah (satu untuk di pakai pas naik, satu dipakai saat tidur dan saat turun gunung), sarung tangan, rain coat buat melindungi tas (yang ini gw lupa bawa), obat - obatan pribadi atau yang biasa dipakai semacam antimo, panadol, minyak kayu putih, dll (yang ini thanks to Ayu karena dia lengkap banget obat - obatannya), sleeping bag, matras dan alumunium foil yang biasa buat panggangan kalau - kalau ada yang hipotermia lagi. Kalau tenda dan nesting, karena kami sharing, jadi ya di bicarain aja siapa yang akan bawa. Pakai sandal atau sepatu khusus gunung juga penting. Biar kaki kita nyaman saat melangkah. Kalau gunung - gunung sebelumnya mah gw cuma pakai sepatu kanvas gw aja, tapi untuk Gunung Salak, "its a big NO!".

Ketiga 
Pakaian. Pastikan kalian bawa minimal 3 pasang pada saat nanjak di musim hujan. Banyak amat? Ya soalnya, kemaren gw cuma bawa 2 pasang! Gw pikir satu pasang di pakai untuk naik dan turun, satu pasang lagi dipakai saat tidur dan pulang ke Jakarta. Tapi apesnya, pada saat naik kami kehujanan, jadi terpaksa pada saat turun gw juga pakai pakaian basah bekas naik kalau mau pas perjalanan ke jakarta pakai baju kering. Handuk kecil, jaket dan peralatan mandi juga wajib di bawa. Jangan lupa semuanya harus dibungkus dengan plastik yang rapat, jangan sampai satu tetes pun bisa masuk dan membasahi pakaian kita. Alhamdulillah, waktu itu pakaian gw selamat dari hujan, tapi gw lupa untuk bungkus sleeping bag, jaket dan kaos kaki gw dengan plastik. ppffttt....

Keempat
Logistik yang kita bawa harus cukup. Biasanya kita malas beli makanan banyak - banyak karena males bawanya. Padahal itu salah. Di atas sana logistik yang akan kita bawa itu pasti bermanfaat. Indomie, telur, minuman seduh semacam teh, kopi, susu, terus roti, air mineral botol besar, madu saset, cemilan kecil - kecilan yang mengenyangkan itu wajib di bawa menurut gw. Biasanya juga kita beli minuman bersoda, biar ada gulanya sebagai sumber tenaga kita mendaki. hahaha... Tisu basah dan kering juga penting untuk dibawa, apalagi di gunung yang ga ada airnya. Jangan lupa sesuaikan dengan jumlah rombongan. Kalau nasi, bisa disiasati dengan bungkus aja dari basecamp. Biasanya pasti ada yang jual nasi di basecamp, jadi kita ga repot masak nasi di atas sana. Oh ya, jangan lupa juga bawa sendok, gelas dan kertas coklat bungkus nasi biar bisa makan bareng cantik. hehehe...

Kelima
hmmm.. mengetahui dan menghargai kondisi teman mulai dari awal pendakian sampai kembali lagi ke rumah itu wajib. Di atas sana, kita ga akan bisa egois. Percayalah! Harus paham kalau teman sudah ngga sanggup jalan lagi, itu waktunya kita harus break. Jangan pernah sekalipun tinggalin temen kita untuk pergi sendiri, meskipun mau buang air. Karena kita ngga akan pernah tau apa yang akan menimpa kita. Bisa aja kan, kalau kita beraniin diri misah dari yang lain, hal yang ga kita inginkan terjadi. Hiiii...
Oh ya, jujur sama teman tentang kondisi kita juga penting banget loh. Kaya Ayu yang bangunin gw ketika dia menggigil kedinginan, jadi gw bisa ambil tindakan secepatnya. Bukan kaya Maul yang cuma diam aja, sampai gw ga tahu kalau dia udah ga sadarkan diri. Intinya, jangan pernah ga enakan sama temen ketika di gunung, kecuali lu mau minjem duit. hahaha.. #tetep

Keenam
Meskipun kita percaya bahwa teman kita akan saling menjaga dan melindungi kita, tapi tetap pertahanan pertama ada dalam diri kita. Jangan macem - macem deh di sana. Salah - salah kita yang kualat. Kalau kata para backpaker tuh "Jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu"

Ketujuh
Tips yang terakhir. Musim hujan gini, mendingan ga usah nanjak lah brooo... enakan bobo cantik di kasur rumah. hehe...

Sekian. Salam pendaki.

Ealahhh.. cem profesional aja! 

Sabtu, 19 Desember 2015

Chapter 3 : Drama Turun Gunung Salak

Masih jelas banget di ingatan gw kejadian itu. Kejadian dimana Maul terkena hipotermia...

Ternyata kecepatan kami untuk turun ngga sesuai perkiraan. Apalagi dari awal kita turun, sebenernya sudah mulai hujan turun rintik - rintik. Jadi kalau ngga hati - hati, yang ada malah kepeleset. Perjalanan dari puncak sampai ke pos 5 ternyata memakan waktu satu jam. Waktu kami lagi istirahat , ga lama kemudian tim yang tadi ziarah sudah mulai turun gunung juga nyusul kami, dan mereka LARI! Gedebuk - gedebuk, suara langkah pasti mereka. Ga kaya kami yang turun langkah demi langkah. 
  

tiba di pos 5
 Sempat juga kami tanya
"Mas, cepet bener jalannya? ga takut jatuh?"
"Ngga mas, kita sudah biasa kaya gini sambil bawa mayat"

e busett.. kami langsung saling pandang. Ya pantas aja mereka cepet..

Walaupun di puncak sudah istirahat dan makan, sebenarnya tenaga yang kami punya sudah terkuras habis. Jalan kami sudah mulai terseok - seok. Sebentar - sebentar berhenti. Apalagi air minum sudah sangat terbatas. Badan gw sudah lengket banget, tangan dan kaki penuh lumpur. Sebenarnya di jalur cimelati ini ada air terjun, tapi untuk sampai ke sana bukan-lah hal yang mudah. Jadi lebih baik gw mengurungkan niat aja lah.

Jam 2 siang
Kami tiba di pos 3. Alhamdulillah di sini ada pipa air yang sengaja ada bolongannya untuk di manfaatkan para pendaki untuk refill air minumnya. Kami juga bisa bersih - bersih. Sempat kepikiran untuk mandi sebentar, tapi tiba - tiba hujan besar datang. Deraaaasssss bangetttt... petir dan kilat lomba - lomba untuk menyambar. Padahal awalnya di pos 3 ini kami hanya ingin istirahat sebentar, tapi perjalanan ngga mungkin kami lanjutkan. Berjalan di jalur Cimelati dalam keadaan hujan deras akan sangat berbahaya karena daerah ini rawan longsor. Kami berteduh dengan alat seadanya. Midun lebarkan lagi flysheet-nya untuk tempat berteduh dia, Maul dan Andi. Asyraf, Angga, Ayu dan Mastur berlindung menggunakan payung, gw berdua Vinny manfaatin matras yang kami bawa. Sedangkan Veri, dia cuma berteduh di bawah pohon dengan berlindung dibalik ponconya.

Setengah jam kami tunggu, hujan tak kunjung reda. Malah semakin deras. Semua orang sudah mulai menggigil kedinginan. Sampai akhirnya Mastur inisiatif untuk buka tenda berkapasitas 5 orang untuk menghangatkan badan. Awalnya isi tenda cuma Andi, Asyraf Mastur dan Veri. Tapi ternyata kurang hangat. Akhirnya gw dan Vinny ikut gabung di tenda. Meski tenda udah penuh, kami masih kedinginan juga. Masih ada space untuk Ayu dan Angga. Akhirnya kami ajak mereka gabung. Oh iyaa.. masih ada Maul dan Midun di luar sana. Mereka masih berteduh di bawah flysheet. Gw ajak mereka untuk gabung ke tenda. Tapi cuma Maul yang mau. Yowes.. Jadilah kami berdesak - desakan di dalam satu tenda. Kami sudah mulai merasa hangat. Satu kompor dihidupkan di tengah - tengah kami untuk merebus air dan uap yang ada akan bikin kami tambah merasa hangat. Maul udah keliatan banget mukanya pucat. Badannya dingin banget. Dengan masih menggendong tas daypack-nya dan jas hujan yang dia pakai, gw usap - usap tangannya dia sambil sesekali gw pijit punggungnya. Maul diam aja. Dia ngga respon apa - apa. Gw pikir mungkin karena dia emang pengen istirahat, karena sebelumnya gw sempat nyuruh dia untuk buka jas hujan dan tas dia biar ga ribet. Tapi dia bilang ga perlu.

Masih dengan usap - usap tangan dia, Andi bilang, "Vir, itu Maul di bangunin, ajak ngobrol". Bodohnya, gw bilang ga usah, karena Maul perlu istirahat. Dia mungkin pengen tidur sebentar, jadi baiknya kita biarin aja dia. Ternyata gw salah. Maul bukan mau istirahat. Beruntungnya Andi mendesak gw untuk bangunin Maul.
Awalnya gw masih dengan hati - hati bangunin Maul.

"Ul, bangun Ul... lu ga papa kan?". Ga ada respon dari Maul. Dia masih tidur dengan muka menunduk. Gw masih merasa semua baik - baik aja, sampai akhirnya berkali kali gw panggil Maul dan dia ngga respon. Temen - temen yang lain juga pada manggil Maul. Tapi tetap dia ngga ada respon. Gw baru sadar kalau Maul ngga sadarkan diri! Dan kemungkinan dia terserang hipotermia, kondisi dimana suhu tubuh menurun drastis dan menyebabkan kesadaran menghilang secara perlahan hingga pingsan. Suara gw mulai meninggi dan panik.

"MAUL BANGUUUNNNN!!!"

Sampai badan Maul gw goncang - goncang, dia tetap ngga ada respon. 

Andi bilang "Vir, tampar mukanya"
Dengan ga enak hati gw tampar Maul. Tapi masih belum respon. Badan Maul gw goyang - goyangkan lagi sambil sesekali gw tampar lagi. Pengen nangis rasanya. Ayu dan Vinny cuma bisa terdiam lihat kejadian itu. Masih dalam kondisi panik gw teriak "UL.. LU SADAR GA?? DENGER SUARA GW GA? TATAP GW, UL!". Dalam hati gw, "kasih gw respon, Ul.. pleaseeee..."

Akhirnya mata dia sedikit kebuka.
Gw teriak lagi buat memastikan, "Maul, lu dengar suara gw kannn?". Maul mengangguk sebagai tanda respon. Gw lega... Abis itu gw langsung mundur. Tugas selanjutnya gw serahin ke Andi dan Mastur. Biar Maul merasa hangat mereka harus skin to skin. Alhamdulillah, Angga memang penuh persiapan. Dia bawa alumunium foil yang biasa digunakan untuk sauna. Jadi sebelum Maul, Mastur dan Andi skin to skin, baju Maul di buka dan dia dibungkus dengan alumunium foil itu. Ternyata Maul belum sepenuhnya sadar. Andi dan Mastur masih berusaha menghangatkan badan Maul, mengusap - usap badan Maul. Tangan maul kami rendam di air yang kami masak.

Andi sesekali teriak, "Ul bangun, Ul. Ingat sebentar lagi lu mau jadi bapak!"
Asyraf di samping gw juga bilang, "Bang Maul, respon bang".
Kami yang cewek, cuma bisa terdiam.

Ga lama kemudian Maul nangis. Alhamdulillah.. lega banget rasanya. Maul udah bisa nangis berarti kesadarannya mulai pulih. Ga berapa lama drama ga sadarkan dirinya Maul, hujan pun berhenti. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Maul kami biarkan jalan duluan dengan dikawal oleh Angga dan Asyraf, karena kami harus beberes dahulu. Kabut sehabis hujan pekat banget. Jarak pandang ngga nyampe 10 meter mungkin. Apalagi kilat juga masih sering menyambar. Itu menandakan bahwa kami harus ekstra hati - hati.

Perjalanan dari pos 3 ke pos selanjutnya sudah ga begitu berat. Tapi tetap saja, karena kami semua sudah sangat lelah, langkah kami terseok - seok. Bahkan ga jarang Vinny, Veri dan Andi terpeleset. 

Jam 5 sore
Akhirnya sampai lah kami di pos satu. Tapi ternyata kami belum bisa merasa bahagia. Dari pos satu menuju basecamp itu masih jauhhh bangetttt..  Bahkan sampai adzan magrib pun kami masih berada di tengah hutan. Sejujurnya gw mulai parno. Senter kami cuma 3 yang berfungsi maksimal. Andi, Mastur, Veri dan Vinny sudah ga ada tenaga lagi. Langkah kami semakin melambat, tapi hari semakin gelap. Jalan belum menampakkan ujungnya. Di tengah kepasrahaan kami, ada sosok yang datang dari berlawanan arah dengan menggunakan senter. Dan ternyata itu Angga!. Whuaaaa.. terharu banget bisa ketemu Angga lagi. Kalau dia bisa balik lagi, berarti ujung hutan sudah semakin dekat. Kedatangan Angga seperti membawa semangat tersendiri bagi kami. Veri, karena masih terjatuh - jatuh terus akhirnya tas nya di bawa Angga.

Angga bilang, "Nanti kita bersih - bersih di mesjid. Udah ga begitu jauh kok".
"Terus Maul gimana?"
"Dia udah baikan lagi"
Alhamdulillah.

Benar saja, ngga sampai setengah jam kayanya, kami sampai di pintu pertama pendakian. Di sana ada pos penjagaan dan ga jauh dari sana ada mesjid. Kami tiba di mesjid, pas banget waktu isya. Lebih lega lagi lihat Maul sudah ngerokok lagi. Berarti dia udah bener - bener sehat!

Bersih - bersih sudah, tinggal mikirin gimana caranya pulang lagi ke Jakarta. Kalau mau naik communter line, sudah pasti ngga akan sempat. Mau naik bis juga udah capet harus ngeteng. Akhirnya kami nego ke kang dede, mau ngga dia antar kami ke Jakarta. Kang dede bilang bisa. Tapi cuma satu Mobil. Terpaksa Mastur, Asyraf, dan Midun mengalah dan memilih untuk ngeteng naik bus. Sebelum berpisah, kita sempatkan makan bareng dulu nasi goreng di pinggir jalan. Tapi gw sama Angga lebih memilih untuk makan nasi rames yang jual di sebelahnya. Ya habis udah 2 hari makannya nasi goreng, masa sekarang nasi goreng lagi. hehehe..

Jam 11 malam kami berangkat menuju Jakarta. Meski mobilnya carry dan di isi oleh 10 orang, kami tetap bisa tidur nyaman. hahaha.. Alhamdulillah jam 1 malam gw sampai di depan kantor. Tinggal jalan kaki sedikit ke kosan.

Selesai sudah cerita pendakian penuh drama ini. Pengalaman yang ga akan pernah gw lupain.
Terima kasih ya untuk kebersamaan dan saling melindunginya. Angga, Andi, Maul, Mastur, Veri, Ayu, Maraden, Midun, Asyraf, Vinny. Yokk kita nanjak lagi. #eh

we did it!

makam mbah salak

selfi is the best part

Maul 3 jam sebelum tepar

Chapter 2 : Menuju puncak Gunung Salak

Perjalanan menuju puncak Salak ini bukan hanya menguras tenaga, tetapi juga emosi kita. Lagi – lagi gw harus bilang bahwa kenal dengan siapa kita mendaki itu sangat lah penting. Karena dengan mereka lah kita akan saling menggantungkan hidup di hutan sana.

Lagi asyik menikmati makan malam, tiba – tiba maul dateng nyamperin kami dan minta makan. Hahaha… Terus kami cerita kalau mau summit jam 3 pagi dan membiarkan Maul dan Mastur istirahat aja dulu di tenda. Ternyata Maul ngga setuju. Dia merasa sehat dan mau ikut juga menuju puncak. Alhamdulillah kalau dia merasa sanggup. Berarti rencana awal untuk turun lewat jalur Cimelati tetap dilakukan dengan konsekuensi kita akan melewatkan sunrise di puncak. Ga papa lah, karena yang terpenting buat kami saat ini adalah bisa kembali lagi kerumah.

Selesai makan malam, kami langsung kembali ke tenda masing – masing untuk beristirahat. Gw satu tenda dengan Ayu dan Vinny. Sialnya, ternyata sleeping bag dan jaket yang gw bawa semuanya basah karena hujan. Terpaksa tidur cuma beralaskan matras dan tanpa selimut. Kebayang dong dinginnya kaya apa! Habis hujan – hujanan, tempat lembab dan tanpa perlindungan sedikit pun selain pakaian yang ada dibadan. Bbrrrr… Udah pasti ngga akan bisa tidur nyenyak, makanya gw minum antimo yang di bawa Ayu. Dan alhamdulillah bisa tidur. Tapi… Tepat jam 9 malam, tiba – tiba Ayu bangunin gw. Dia bilang kalau dia menggigil kedinginan. Aduh.. gw panik. Bingung harus ngapain! Yang gw pikirkan cuma kompor, dan itu adanya di tenda Midun. Ga mungkin gw ambil ke sana. Pertama, kalau kesana berarti kaki gw kotor lagi kena lumpur, sedangkan persediaan tisu basah menipis banget. Kedua, kalau harus ke tendanya Midun itu jalannya gelappp bangettt.. dan semua orang sudah tertidur lelap di tendanya masing – masing. Gw jadi parno sendiri. Hahaha.. maaf Ayu, kompornya ga bisa gw ambilin buat angetin badan kamu. Lagi bingung gitu, adek gw kebangun juga, dia bilang skin to skin aja. Oh iya, bener juga. Akhirnya gw ambil tangannya Ayu kemudian gw gosok – gosok dengan kedua tangan gw. Alhamdulillah.. Ayu udah mulai merasa hangat. Vinny juga gw bangunin biar dia bisa pindah ke pinggir dan Ayu di tengah. Jadi waktu kita tidur, Vinny bisa peluk Ayu dan gw bisa tetap genggam tangannya Ayu biar dia tetap merasa hangat. Tapi masalah datang lagi, tiba – tiba Vinny mengerang kesakitan dan bilang kalau lututnya sakit banget. Ngga bisa dilurusin dan merasa sedikit bergeser. Ya ampuunn.. apa lagi ituuuu… Gw cuma bisa bilang, “Coba dipaksa lurusin aja kakinya, topang telapak kaki dengan sesuatu biar betisnya lebih tinggi dan selimutin pake handuk kita, buat Ayu, sebelum tidur, minum antimo aja dulu biar bisa tidur nyenyak”. Alhamdulillah lagi.. dengan begitu semua bisa tidur dengan nyenyak sampai pagi tiba.

Beruntungnya lagi, malam itu ngga ada hujan. Ngga kebayang gimana kalau turun hujan. Pasti tenda kami kebanjiran, karena posisi tenda kami tu sebenarnya jalur aliran air menuju jurang.

6 December 2015

Kami bersiap – siap untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Tinggal 11HM lagi brooohh! Sebelum menuju puncak, semua harus sarapan pokoknya. Ini penting banget untuk mengisi energi kita yang sudah terkuras habis di hari sebelumnya. Apalagi sarapannya spesial, nasi goreng kuah rendang plus indomie. Beuhhh.. enak parah deh pokoknya. Hahaha… Ngelirik jam, sudah menunjukkan pukul 7.30. Gw, Maul, Vinny, Ayu dan Veri memutuskan untuk jalan duluan sementara yang lain masih beres – beres tenda. Ntar juga paling kami kesusul. Hahaha.. dan benar saja, mungkin udah sekitar setengah jam kami jalan, mereka benar – benar bisa menyusul kami. Emang beda ya amatiran dan yang berpengalaman. Pppfttt… Persediaan air sudah sangat menipis. Untuk penjalanan menuju puncak ini, kami cuma membatasi minum maksimal 2 botol untuk semuanya. Hutan masih sama lebatnya, dan trek masih jauh dari kata landai. Masih ingat webing yang kami temui di HM 25? Ternyata itu bukan webing satu - satunya. Untuk menuju puncak ini, ada sekitar sedikitnya 6 webing yang akan dilalui. Mantaapp…
abis sarapan, mata udah seger, siap untuk melanjutkan perjalanan
istirahat di HM45

sebentar lagi puncak!
Setiap melihat patokan itu adalah kebahagiaan tersendiri bagi kami. Melihat angka yang berbeda di patokan itu kaya memberikan semangat baru untuk terus mempercepat langkah kami. Meski ingin, tapi kami ga sanggup. Ya udah, balik lagi ke judul awal grup, "Ngesot bareng ke Salak", sampai akhirnyaa....

HM 49!

Yeay... jalan di depan benar - benar landai. berarti kita sudah sangat dekat dengan puncak. Yuhuuuu.. finally, kami di belokan terakhir menuju puncak! Sampai di puncak kami peluk - pelukan macam teletabis saking seneng dan terharunya. hahaha... Kami sampai di puncak tepat pukul 9.30 WIB.

belokan terakhir sebelum puncak

puncak ada di balik pohon itu, brooo
Sambil istirahat sebentar kami foto - foto dan menikmati alam, meskipun waktu itu kabut sedang naik dan kami ngga bisa lihat apa - apa juga sih. Semua logistik yang tersisa dikeluarkan untuk mengurangi beban, dan kebetulan juga di puncak kami kelaparan. Maka, jadilah persediaan indomie dimasak semua.


laper?
Pukul 11.00 WIB
Puas foto - foto dan perut juga sudah kenyang, kami memutuskan untuk turun. Sebelum turun, Maul sempat tanya ke salah seorang tim yang keliatannya umurnya masih kecil -semacam team SARS atau polisi hutan- yang sengaja ke puncak Gunung Salak untuk ziarah ke makam mbah Salak. Dia bilang, tadi dia mulai naik lewat jalur Cimelati dan sampai ke puncak cuma butuh waktu sekitar 5 jam. Makin semangat lah Maul untuk turun lewat sana. Dia optimis, kalau naik cuma 5 jam, berarti turun pun cuma perlu sekitar 4 jam. Apalagi dia lihat rombongan tim itu cuma bawa daypack dan sedikit air minum.

ternyata isitilah "dont judge a book by its cover" itu benar adanya.

Berpegangan pada e-gps yang di bawa Angga, kami tahu bahwa jalur Cimelati memiliki 5 pos sebelum sampai di basecamp. Tapi jangan harap pos yang ada seperti kebanyakan pos - pos di gunung lain. Pos yang ada ini hanya tulisan yang menjadi petunjuk ada dimana posisi kita sebenarnya dan berapa lama lagi perkiraan waktu yang di butuhkan untuk sampai di basecamp. Jalur Cimelati ini berbeda dengan jalur Cidahu. Di Cimelati dari awal puncak sampai sajauh mata memandang, jalurnya menurunnnnn terusss.. hampir sekitar 60 derajat kemiringannya, tapi juga ga bisa di pakai ngesot. Di sini lah kekuatan lutut benar - benar diandalkan.

*bersambung ke chapter 3* 

Menginjakkan kaki di puncak 2211MDPL, Gunung Salak


perjalanan dari basecamp menuju pintu masuk

- looh vir.. sekarang senengnya naik gunung ya? kok udah ga ke pantai lagi?

Pertanyaan yang sering banget muncul akhir - akhir ini diucapin sama temen - temen gw. Padahal mah ini juga karena ajakannya cuma adanya "Vir, ke gunung yuk!", bukan "Vir, mantai yuk!" pfftt...

Dan ajakan yang terakhir ini sebenernya ngga bisa dibilang ajakan, tapi "paksaan". Iya, paksaan yang menyenangkan. hahaha.. "Lah kok bisa?". Jadi ceritanya, sudah menjadi kebiasaan kalau setiap trip kita selalu bikin grup di whatsapp. Tujuannya sih biar mudah komunikasi, koordinasi dan share foto setelah trip. Nah, belum juga selesai kita share foto trip Gunung Pulosari , langsung ada wacana untuk naik gunung lagi sebelum musim hujan bener - bener datang. Gw sih cuma bisa menghela napas aja, awalnya masih mikir dan hitung kancing "ikut - ngga - ikut - ngga" sampai akhirnya grup whatsapp berubah nama dari yang "Ngesot ke Pulosari", mendadak jadi "Ngesok ke Salak". Di tambah lagi, Andi pake jual nama gw buat ngomporin yang lain. Dia bilang, "Ada yang mau ikut ke Salak ngga? yang fix ikut Vira, Mastur, gw". Padahal sejak kapan gw bilang kalo gw fix ikut. hahhaa..

Btw, Gunung Salak ini adalah salah satu gunung yang pasti udah sering banget didengar. Dia terletak di kabupaten Sukabumi dan kabupaten Bogor. Terlebih lagi pernah ada pesawat Shukoi yang nabrak gunung yang lagi diam ini. Nah kayanya dari situ lah spekulasi banyak muncul dan bilang kalau gunung ini angker. Oh ya, di puncak I juga ada makan mbah salak loh.. Hmmm.. agak bikin jiper sih sebenernya. Ditambah Andi bilang, track nya bakal 5 kali lebih sulit dari jalur Patak Banteng yang di Prau. Baiklah ~ ~

Koar - koar Andi ternyata berhasil. Anggota grup makin hari makin banyak aja jumlahnya, sampai H-7 yang fix ikut sampai sekitar 13 orang. Padahal awalnya kami kira mungkin yang akan ikut nanjak itu kurang dari 7 orang, yaa.. satu mobil cukup lahh.. eh ga taunya, kita malah harus harus stop untuk ngajak orang lagi, daripada nantinya harus sewa 3 mobil, kan lebih mirip kaya rombongan besan yang mau ngantar lamaran anak orang.. hahaha..Tapi sayangnya, H-2, tiga dari kami tiba - tiba mengundurkan diri. Yowes gapapa, masih ada  10 orang lagi di tambah Angga tiba - tiba berubah pikiran mau ikut juga. Maka jadilah gw, Vinny, Andi, Mastur, Angga, Maul, Veri, Maraden, Ayu, Midun dan Asyraf yang tetap teguhkan hati untuk menginjakkan kakinya di puncak gunung Salak. Yeaaayy.. tetap rame!

Jumat, 4 December 2015 21.00 WIB
Akhirnya hari yang ditunggu - tunggu datang. Meeting point yang dipilih kali ini adalah stasiun Sudirman. Yap, karena memang tempat ini strategis di tengah kota, dan lebih mudah akses kereta untuk langsung menuju bogor. Semua langsung naik kereta, kecuali Maraden yang memang memilih untuk langsung ketemu kami di stasiun bogor. Tapi kalau ngga ada drama itu ga lengkap rasanya. Baru beberapa stasiun terlewati, ntah kenapa Mastur pengen ngecek kameranya yang dia bawa, dan tiba - tiba teriak "Bego, gw ga bawa baterai kameranya lah!" . Kami semua cuma bisa ketawa heran setengah ga percaya. "Kok bisa sih, Tur? Ya udah, balik lagi gih, daripada lu bawa kamera berat - berat tapi ngga di pake. Mumpung belum jauh nih". Tapi ditengah kebingungannya, akhinya Mastur teriak lagi, ini orang emang hobinya teriak sih "Ah, gw telpon kakak gw aja buat antar baterainya ke stasiun Cikini". Langsung lah dia telpon kakaknya. Hampir tiba di stasiun Cikini, Maul wanti - wanti kalau Mastur harus cepet - cepet, karena pintu kereta cuma terbuka 10 detik, kalau ngga ya nanti ditinggal kereta. Walaupun sebelum sampai di stasiun Mastur udah jalan ke gerbong paling depan, jadi begitu pintu gerbong kereta terbuka, dia langsung ketemu sama kakaknya terus naik lagi. Eh.. ternyata pas kereta kami sampai, kakaknya malah beli sate dulu di pinggir jalan. Jadi dengan berat hati Mastur harus ketinggalan kereta yang kami naiki. Hahaha.. beruntungnya, begitu kereta kami jalan, di belakang langsung ada lagi kereta yang menuju Bogor. Jadi sampai di Bogor pun kita ngga perlu nunggu lama, karena semua personil sudah berkumpul. 

Selesai istirahat, makan nasi goreng di pinggir jalan stasiun dan minum bajigur perjalanan kami lanjutkan menggunakan mobil dan angkot yang sudah kami carter sebelumnya menuju Sukabumi tepat pukul 23.30 WIB. Yaaa.. kaya pendaki pada umumnya, kami akan melewati jalur Cidahu untuk mencapai puncak I. Ssttt... Gunung ini ternyata punya dua puncak. Tapi yang banyak di kunjungi ya puncak I. Seharusnya perjalanan menuju Cidahu ini hanya ditempuh dalam waktu 2 jam. Tapi entah mungkin karena kami kurang beruntung, malam itu macet banget dan kami baru tiba di pos penjagaan Gunung salak via Cidahu pukul 3.30. Langsung lah kami susun lapak untuk istirahat sebentar sebelum fajar datang.

5 Desember 2015
Setelah dibangunkan oleh para pengendara motor yang sengaja banget bikin suara motornya meraung - raung, padahal kita baru ajaaaaa pengen tidur, tepat jam 7 pagi kita start jalan dari pos. Ga lupa sebelumnya sarapan dan berdoa dulu semoga perjalanan menuju puncak lancar tanpa hambatan, sesuai dengan perkiraan dan kembali lagi dengan selamat. Amin. Sebelum sampai di gerbang pintu masuk pendakian, untuk pemanasan kita disuguhi jalan beraspal yang lumayan mendaki dan ditemani oleh teriknya matahari meskipun masih pagi. Iya, terik banget,, gw yang tadinya pakai jaket jadi ngga nyaman dan langsung lepas jaket. Seperti biasa, setiap pendakian gw selalu berada di barisan paling belakang. Hahaha.. Alhasil, perjalanan yang harusnya di tempuh hanya dalam waktu setengah jam oleh pendaki ulung, bersama gw, perjalanan jadi di tempuh selama satu setengah jam saja. ppffftttt.... gapapa, yang penting kan akhirnya sampai juga di gerbang pintu masuk menuju pundak I dan Kawah Ratu. Baru lah cerita di mulai. Hah? jadi yang barusan jalan itu... hmm.. ntahlah. Kaya yang gw bilang, itu baru pemanasan aja...
belum nyampe setengah perjalanan dari basecamp ke pintu masuk, udah minta break

gaya di pintu masuk

full team, masih pada seger
Gunung Salak ini, berbeda dengan gunung - gunung lainnya, setiap 100 meter sudah memiliki patokannya sendiri. Jadi jangan takut di php sama orang, yang kalau kita tanya, "puncak sudah deket belum?". Hahaha...
Untuk menuju puncak sendiri, kita harus sampai di pos persimpangan antara jalur puncak dan jalur Kawah ratu dahulu, itu sekitar 25HM (belakangan baru gw tau kalau persimpangannya dinamai Simpang Bajuri). Tadinya memang kita berencana untuk mampir ke kawah ratu, tapi melihat jalur pendakian yang bikin gemes dan perkiraan waktu yang ga memungkinkan (dibutuhkan kira - kira 2 jam perjalanan PP dari persimpangan ke kawah ratu), maka kami semua mutusin untuk langsung aja menuju puncak. Jalur yang akan dilalui sebelum sampai di persimpangan ini hanya akan berat -menurut gw- sampai di HM 15, setelahnya akan banyak bonus jalan landai kok. Jadi masih santai, walaupun tetap aja ngos - ngosan dan ngesot. Tetap semangat!!!

adek masih seger
kemudian tepar...

istirahat di simpang Bajuri
Waktu itu jam menujukkan pukul 11 siang, setelah dirasa cukup beristirahat, kami memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan. Apalagi hujan mulai rintik - rintik mengundang banjir. Mulai lah kami memasuki jalur yang sebenernya, jalur menuju puncak! Iya, jalur ini masih berupa hutan yang rapat banget, treknya masih dipenuhi pohon dengan akar yang besar - besar, dan tanahnya pun masih berupa tanah basah gitu. Apalagi waktu itu musim hujan, banyak banget lumpur yang ga akan bisa di hindari. Awalnya sih kami masih jalan - jalan cantik dengan milih tanah yang ga berlumpur sampai akhirnya pasrahin badan untuk kalau - kalau memang harus kejebur di lumpur. heuuu... Lama - kelamaan hujan makin deras, yang memaksa kami untuk ekstra hati - hati dalam melangkah dan memperlambat langkah kami. Ternyata walaupun sudah dikasih patokan, kami masih bisa di php-in. Lah, gimana caranya? Mengingat trek yang naudzubillah itu, yang ngga jarang tangan megang akar pohon untuk pegangan, mata ketemu dengkul untuk merangkak, sampai pantat yang dijadikan tokongan buat angkat badan, Andi datang membawa angin segar, "Nanti di HM 25 kita akan ketemu tempat yang landai".  Oh ya, mulai dari simpang Bajuri tadi, perhitungan patokan akan di mulai dari awal lagi.  Wah.. langsung kami semangat...
Tapi ternyata...
Sampai di HM 23,
"kok ngga ada tanda - tanda bakal landai, Ndi?"
"Iya, nanti di atas".

Setengah jam kemudian, yang kami temukan bukan landai, tapi malah webing! Lah buat apa? Ya buat bantu kita untuk naik. Jeng.. jenggg.. tracknya terjal dan harus di bantu dengan menggunakan tali.


terus Andi bilang, "Eh, kayanya di HM27 deh bonusnya"

Lanjut jalan lagi, kita sama sekali ngga dapat bonus seperti yang diharapkan dibayangkan. Bisa nemu jalan landai 7 langkah aja sudah bersyukurrrr banget.. apalagi beberapa meter. Beruntung, pas banget saat hujan lagi deres - deresnya, pas perut kita keroncongan dan merasa sudah waktunya untuk isi energi dahulu. Iya, di tengah hujan deras itu kami berteduh dengan pohon seadanya, makan nasi goreng telur yang kami bungkus dari basecamp di bawah, nikmaaattt.. bangett.. meskipun itu agak tercampur air hujan. Iyuuhhh...
menikmati nasi goreng, abaikan lumpur di tangan kami

Ayu yang sedang menikmati nasi gorengnya sendirian

Sampai di HM30, kami ngga melihat sama sekali adanya dataran landai untuk dilalui, kecuali untuk beristirahat. Iya, walaupun hujan deres banget, kita tetap melanjutkan perjalanan meskipun ngga jarang nemu sesama pendaki yang maksa untuk nenda di tempat - tempat yang padahal sempit banget untuk mendirikan tenda. Bahkan kami ketemu sama pendaki yang malah turun lagi dan ga jadi muncak. Gw, seperti biasa bersama Maul, Mastur, Andi dan Vinny, lagi - lagi berada di barisan paling belakang. Ayu, Maraden, Asyraf, Midun dan Angga, udah jauh di depan sana. Meskipun begitu Andi tetap bilang "Ayok lanjut, nanti di HM35 udah landai kok" php yang ke tiga, dan kita udah ga ada yang percaya. hahaha...

Hujan deras, hujan lebat dan trek gunung salak

Pukul 2 siang. Masih hujan dan masih di HM33. 

Maul sudah mulai merasa sangat lelah. Berkali - kali dia bilang mau turun dan ga melanjutkan pendakian. Ga mungkin lah! Ga mungkin kita biarin maul sendirian di hutan atau turun sendiri. Ga mungkin juga kita dirikan tenda meskipun darurat karena kanan - kiri kita cuma ada jurang. Iya, kita sudah benar - benar cuma di temani oleh jalan setapak yang mengharuskan kita untuk tetap melanjutkan perjalanan. Dia juga mulai menghitung waktu, kami membutuhkan waktu sekitar 10 - 12 menit untuk melewati satu HM, padahal untuk menuju puncak masih harus melewati 17HM lagi atau sekitar 3 jam lebih lagi! Beruntung di HM37, hujan mulai reda, dan kami bertemu dengan rombongan Ayu. Mereka melebarkan flyersheet di sana. Kata Ayu, Asyraf menggigil dan belum sanggup jalan. Ya, Allah! Oke, kami semua istirahat di sana, sambil berdoa semoga hujan benar - benar reda dan ngga ada pendaki yang lewat. Kenapa? Karena kami istirahat dengan blocking jalan. Sambil istirahat, untuk menghangatkan badan, Midun dan Maraden masak air untuk seduh bajigur dan coklat panas. Kami juga bilang ke rombongan Ayu, Maul, Mastur dan Vinny, sudah merasa kesakitan, lelah dan ga sanggup jalan. Akhirnya, Midun usul kalau sampai jam 5 sore belum sampai di HM40 ke atas, perjalanan kita stop dan kita mendirikan tenda untuk bermalam. Semua sepakat! 

Belum juga satu jam kami jalan, kami masih di HM 38 menuju HM 39, dan di sana ternyata puncak bayangan. Seperti melihat surga, meskipun waktu itu masih jam 4 sore, kami semua semangat dan keukeuh mendirikan tenda di sini aja. Sudah ada 3 tenda yang duluan berdiri di sana, mudah - mudahan lapak yang tersisa masih cukup untuk mendirikan 4 tenda lagi. Dan Alhamdulillah.. Ternyata bisa! yeaaay.. yang cowok langsung sigap deh buka tenda. Gw dan Vinny masak mie, Ayu bersih - bersih badan di tenda yang sudah jadi. Abis itu langsung nyusul gw bersih - bersih seadanya. Seadanya yaitu, setelah berlumpur - lumpur ria, kita harus bersih - bersih badan dengan cuma menggunakan tisu basah. Tisu basah loohhhh... bukan air! Soalnya kita memang harus berhemat air dan mulai menghitung air yang tersisa. Dari awal basecamp, kami semua wajib membawa masing - masing orang minimal 2 botol minuman besar, terus harus di isi ulang dengan air sungai di persimpangan Bajuri karena setelah itu kita ga akan menemukan sumber air lagi sampai di puncak. Makanya, cuci tangan atau kaki pun, sebisa mungkin jangan menggunakan persediaan air yang kita bawa.

Selesai bersih - bersih, gw liat Maul, Mastur dan Veri udah terlelap tidur. Kasian mereka. Pendakian kali ini benar - benar menguras tenaga mereka. Maul, yang gw tau, dari awal pendakian sudah merasa kurang sehat badannya, sedangkan Mastur dan Veri, barang bawaannya berat beneerrrr.... meskipun Andi, Midun, Asyraf dan Angga ga kalah berat sih.. hehehe...

Malamnya, selain Maul, Veri dan Mastur yang sudah terlelap, kami semua makan malam bersama, sambil memikirkan rencana esok pagi. Andi bilang, karena kayanya Maul dan Mastur kurang fit, sebaiknya mereka tinggal di tenda aja. Kita summit mulai jam 3 pagi dan cuma cukup membawa snack dan air secukupnya. Jadi kita pulang tetap lewat jalur Cidahu, padahal rencana awal kita akan pulang melewati jalur Cimelati, Jalur yang belum pernah dilewati sama sekali oleh salah satu dari kita.
persiapan makan malam

coklat panas dan indomie emang paling nikmat
tenda dan jemurannya

Angga sepakat, semua sepakat. Demi keselamatan bersama...

-to be continued to the chapter 2-
*berasa novel*
*panjang bener*

Minggu, 15 November 2015

Gunung Pulosari - part 2

full team
pos curug putri

Ngga seperti kebanyakan gunung yang pernah gw kunjungi, kayanya gunung ini sering banget di pakai oleh mahasiswa untuk ospek, gathering atau sejenisnya lah. Soalnya pas malam datang, setiap rombongan baru mulai acaranya. Di pojok kanan ada yang tadarusan, terus ada yang nyanyi lagu Indonesia raya, ada yang sesi curhat dan lain - lain. Terus kami? cuma dengerin musik pake speaker yang di bawa mastur. hihi.. Jadi geli sendiri...
Tapi bikin sebel juga sih, soalnya pas banget di sebelah tenda kami, ada rombongan yang berisiiiiikkknya minta ampun. Kalau mereka ngobrol biasa sih ga masalah, tapi ini pake teriak - teriak, ketawa kenceng banget, dan lebih bete lagi mereka ribut begitu sampai jam 1 malam. Gggrrrr... mungkin mereka pikir mereka lagi dipantai kali ya...
Anehnya, Andi sama Mastur bisa tidur dengan nyenyak. Mereka bilang, itu tidur paling nyenyak mereka selama di gunung. DASAR KEBOO!!!

Sebenernya gunung ini nyaman banget, ga terlalu dingin, tapi juga ga panas. Pas gitu deh udaranya, sejuk dan bikin nyaman. Mungkin ini karena ada belerang yang jadi sumber hawa panasnya.

Hari minggu, jam 5 pagi.
Selesai sholat subuh, kita niat untuk summit. Sebelumnya summit, Andi wanti - wanti lagi, makan dulu ya, terus kita bawa minum 2 botol, bawa juga makanan ringan buat makan nanti di puncak, bawa senter dan jangan lupa berdoa. Selama perjalanan kita juga harus berhati hati banget. Siap, Ndi! lu emang debes deh. hahaha...

Senter siap, makanan dan minuman sudah, doa juga udah, kita langsung start menuju puncak.
Bener kata Andi, track menuju puncak ini naik lagi levelnya. Buat gw, mungkin naik 2 level sekaligus ke level 4! hahaa.. Bukan kenapa, soalnya meskipun jalurnya jelas, tapi ini tuh terjal banget! Apalagi masih gelap. Kita harus hati - hati banget dalam melangkah, harus sering pegangan sama akar pohon. Dan jangan harap sama bonus! Kalau track sebelumnya kita masih di kasih bonus beberapa meter, track menuju puncak ini cuma di kasih bonus beberapa langkah. Baru 5 langkah jalan datar, udah nanjak lagi. Pegangan sama akar pohon lagi. Hahaha.. Tapi seruuuu...

start summit

saat hari mulai terang

tetap harus pegangan sama akar pohon
Setelah 2 jam perjalanan, fyiuuuhh.. akhirnya kita sampai juga di puncak! Lelah pun terbayar sudah.. Alhamdulillah..
pos kawah di lihat dari puncak

Di depan itu adalah Gunung Karang, gunung tertinggi di Banten

we made it!
Puas menikmati view, setelah selfi di rasa cukup dan tenaga sudah terkumpul lagi. Kami memutuskan untuk segera turun. Soalnya takut kesiangan, biar sampe jakarta juga ga kemaleman, dan waktu istirahat sebelum Senin datang, cukup. hahaha...
Kalau pas naik ke puncak kami kaya merayap, maka turun gunung kami harus menggunakan pantat. hahaha.. Iya, kaya main perosotan gitu deh.. lucu bangett.. setiap papasan sama yang naik pasti dikomentarin, "Di Jakarta ga bisa main perosotan kaya gini ya Teh?" hahhaa.. geliii... Ga jarang juga kita kadang kepeleset, kesandung atau malah ga bisa nge-rem badan. Makanya, waktu turun harus hati - hatiiii.. bangettt...
Tapi gara - gara turunnya kaya main perosotan, waktu yang di tempuh untuk sampai di tenda lagi cuma 1 jam. hahaha..
Sampai di tenda, kami sarapan lagi, menghabiskan semua logistik yang ada. Ini bertujuan untuk mengurangi beban bawaan kita. Setelah semua beres, tenda juga udah dilipat, logistik habis, kami bersiap untuk turun gunung. Bismillah,, kami mulai langkah kami dengan semangat untuk cepat sampai di bawah lagi meski dengan sisa tenaga yang ada..
Diperjalanan menuju turun ini, kami bisa sombong kalau berpapasan dengan yang baru naik. Cukup dengan bilang "Ayo semangat - semangat, tinggal sedikit lagi!" hahaha.. padahal sedikit laginya itu mungkin masih 1 - 2 jam. zzzzz...
Pas banget, jam 12 kami tiba di desa, pas itu juga hujan turun dengan derassssss banget. Alhamdulillah.. kita sampai dengan selamat dan ga kehujanan. fyuuuhhh...
Istirahat bentar, jam 1 teng kita pulang ke Jakarta, tapi sebelumnya kami mampir dulu di Padang Simpang Raya, pandeglang. Makan, makanan paling enak sejagat raya. hahaha..
Tiba di jakarta sekitar jam 4, dan ternyata jakarta baru aja hujan deras.. lah kok tau? Iya, soalnya jalanan maceettt.. dan di beberapa tempat udah ada genangan air...
Yang penting, Alhamdulillah, kami semua sampai di kediaman masing - masing dalam keadaan sehat wal afiat. Ga kurang satu apapun.

Satu - satunya foto turun yang di abadikan, yang lainya harus fokus sama main perosotan. hehe..

Thanks to Andi buat semuanya, Mastur yang udah bawain sleeping bag dan matras gw, Indah dan Andri yang di jebak sama Mastur (Semoga naik gunung pertama kalian berkesan. hihihi..)

ssstt.. jangan takut untuk kehabisan logistik, di sini ternyata udah banyak banget pondok - pondok kecil yang jualan. Bahkan sampai ke puncak pun, banyak anak kecil lari - larian buat jualan es dan nasi uduk! Tapi jangan kaget dengan harganya, 1 botol air mineral 1,4l di harga IDR 15,000. hihihi.. wajar lah yaaa..

Rabu, 11 November 2015

Gunung Pulosari, Tidur di Atas Belerang? why not?

Ada yang bilang kalau sudah cinta, gunung pun akan di lalui, laut juga akan di sebrangi. 

Kalimat yang bikin siapapun yang mendengarnya pasti langsung terbang melayang. Eh,, tapi yang ngomong itu udah pernah coba naik gunung belum ya? hahaha..

Dari pintu masuk desa Mengger

Kali ini gw akan cerita tentang pengalaman gw naik gunung. Memang sih ini bukan yang pertama gw menginjakan kaki di puncak gunung #sombong, sebelumnya gw pernah naik ke Gunung Ijen, Gunung Papandayan, Gunung prau dan Bromo. Eh yang terakhir mah nanjak ya, bukan naik gunung. hahhaa... 
semua berawal dari Andi yang whatsapp gw : 
"Vir, Kemcer yuk di gunung"
"Gunung apa, Ndi? Di mana? Ketinggian berapa? Di sana ada apa aja?" (pertanyaan yang selalu gw lontarkan ke Andi kalau dia ngajakin gw ke gunung"
Terus, Andi bilang, ke Gunung Pulosari,di Banten di sana ada curug putri, ada belerang dan ketinggiannya cuma 1346MDPL. 
Gw termasuk orang yang ga begitu suka naik gunung, tapi gw lebih ga suka lagi kalau cuma diam di kosan ngga ngapa - ngapain dan ngga kemana - mana. Maka jadilah dengan berbekal info yang minim dari Andi, apalagi kalau andi bilang tinggi gunungnya cuma 1346mdpl. Tanpa ragu gw langsung meng-OK-kan ajakin dia. Gw pikir, at least kalau ada yang nanya "Vir, weekend ini ngapain aja?" Jawaban gw bukan "Di kosan aja nih", tapi "Naik Gunung nih". Keren kannn...

Berangkat Ndi...!!!

7 - 8 November 2015
Gunung Pulosari. 
Itu nama gunung yang sejujurnya gw baru denger dari Andi. Letaknya di desa Mengger, Kecamatan Pandeglang, Banten. Kalau berangkat dari Jakarta naik mobil sendiri, kira - kira 3 - 4 jam perjalanan. Tergantung dari macet apa ngganya jalan menuju ke sana, karena desa yang kita tuju itu searah dengan Tanjung lesung, Pantai Anyer, dan Ujung kulon. Tapi kalau kita mau naik kendaraan umum, mungkin agak susah aksesnya, karena sambung menyambungnya banyak banget. Dari Jakarta naik bis ke arah Cilegon - terus naik bis lagi ke arah Pandeglang - lanjut naik angkot - terus naik ojek sampai ke desa Mengger pintu gunung pulosari - terus jalan kaki sampai ke basecamp. Whuaaa.. panjang kan? Makanya kami mutusin untuk bawa mobil sendiri. hehehe...
Kita start dari Jakarta Sabtu jam 8 Pagi dan tiba di Desa mengger sekitar pukul 12 siang. Sebelum masuk ke Desa mengger, sebenernya dari kejauhan udah nampak Gunung menjulang tinggi, -menurut gw.
Andi bilang "Tuh vir, gunung yang bakal lu naikin". Gw langsung melongo dong, karena gunungnya ngga sesuai dengan bayangan gw. Gunungnya tetap tinggi!
Kejutan yang lain adalah kita akan mulai pendakian dari 0MDPL! Padahal biasanya kalau naik gunung, gunung prau misalnya, walaupun ketinggannya 2500-an MDPL, tapi desa Diengnya aja udah 1500-an. Lumayan kan..
penampakan gunung dari pinggir jalan raya

Nah ini?

Pasrah! Karena udah sampai ke basecamp juga, dan ga mungkin tidur di mobil sendirian kan? Bismillah aja deh... Yakin kalau pasti nanti akan sampai juga di puncaknya! Iya sih sampai, cuma waktunya itu yang berapa lama nya kita ngga tau. hahhaa..
Andi sih udah wanti wanti, kira - kira lama perjalanannya gini :
dari basecamp pertama sampai pos curug putri : 1 - 1,5 jam
Curug - kawah (buka tenda : 2 - 2,5 jam
kawah - puncak : 2,5 - 3 jam

Beruntungnya gw karena setiap pendakian selalu di temani oleh teman - teman yang bisa di andalkan. Ini penting! Karena kita akan berada di gunung, yang sekelilingnya hutan, jurang, dan mungkin akan ada binatang atau kejadian yang ngga di harapkan. Jadi lu harus tau sama siapa lu mendaki. Dan teman - teman gw ini, kenapa gw sebut bisa di andalkan? karena mereka ngga egois, kami saling menjaga. karena mereka juga mengerti keadaan gw. Karena kita punya satu tujuan yang sama, yaitu puncak. Memang bagi gw, puncak itu hanya bonus. Ngga peduli seberapa tinggi-nya MDPL, tapi yang terpenting adalah seberapa besar usaha dan keyakinan kita untuk meraih itu.

Balik lagi ke cerita Pulosari.
Kalau berbicara mengenai track, gw bisa bilang, gunung ini kecil - kecil cabe rawit! Awal - awal perjalanan sih masih terasa ringan, karena jalurnya, oleh warga setempat di kasih paving blok dan jelas banget. Nah, 30 menit berikutnya baru terasa. Perjalanan menuju kawah memang ngga terlalu curam, tapi cukup bikin badan agak sedikit bungkuk karena kita ngga di kasih bonus! Kalaupun ada, paling bonusnya cuma satu atau dua meter, paling banter juga lima meter. Tapi kami menikmati setiap langkah kami. Kalau ada salah satu dari kami lelah, ya berhenti. Dan yeaaay.. akhirnya selama 1,5 jam kami sampai di pos Curug Putri! Sayangnya, ternyata curugnya lagi di tutup, karena airnya lagi di butuhin warga. Yah.. batal deh untuk mandi air terjun.
awal perjalanan

lelah
memulai track yang terjal

Karena batal main air di curug, perjalanan kami lanjutkan menuju pos 2 atau kawah. Kalau di kasih level di dalam game, bisa di bilang ini track dari curug ke pos 2 itu levelnya naik satu tingkat lebih sulit dari basecamp - curug. Sebutlah level 2. Kalau sebelumnya, kita masih dikelilingi oleh ladang kopi dan coklat warga, kali ini yang menemani perjalanan kita sudah hutan liar yang lebat banget dan track-nya agak sedikit lebih curam. Setapak demi setapak kami lewati dengan sangat hati - hati.

15 menit...
*papasan dengan orang yang turun gunung*
Kami nanya, "Mas, kawah masih jauh?"
Dia bilang, "ohh.. ngga.. udah deket kok. tinggal dikit lagi"
Yeayy.. dengernya langsung semangat! Tapi...

30 menit...
*belum juga sampai*

1 jam...
*papasan dengan orang yang turun gunung lagi, nanya lagi*
"Mas, masih jauh?"
"Ngga kok, ya paling setengah jaman lagi"
Kata Andi, kalau dia bilang setengah jam, kita harus kali dua, berarti satu jam lagi kita baru sampai..
LEMES....

Tapi tetep kita ngga patah semangat untuk terus maju, walaupun langkah kami udah terseok - seok.

Hampir jam 4 sore.
Kami sampai di pos 2!!!
Horeee.. finally. Langsung cari lapak buat buka tenda. Istirahat, terus foto - foto dengan belerang.
Waktu kami sampai di pos 2 ini, tempatnya masih sepi bangett..mungkin cuma sekitar 5 - 8 rombongan aja yang ada. Gw pikir emang cuma segitu yang datang ke gunung ini. Ga heran sih, toh gunung ini emang ga populer. Tapi ternyata gw salah, semakin malam, semakin banyak rombongan yang dateng. sampe akhirnya gunung ini udah kaya pasar malam.
Tips nih buat yang mau ke sini, usahain sampai di pos 2 ini sebelum gelap, soalnya tempat buka tenda di sini kecil banget untuk tempat yang nyaman. Ya apesnya, mau ga mau harus buka tenda di atas belerang. hehe..
Oh iya, kita salah perkiraan. ternyata gunung ini tuh pas kalau untuk lihat sunset, dan sebenernya kita juga bisa buka tenda langsung di puncaknya. Jadi kalau kalian emang niat, langsung aja nenda di puncak gunung, biar ga repot, usahakan sampai di kawah ini pas siang hari.

Tapi buat kami, nenda di belerang udah cukup kok, biar ada pengalamannya sendiri. hehehe
cooking our favorite meal : Indomie telur 



foto di belerang

continue to part 2...

Rabu, 21 Oktober 2015

Jogja, tak pernah kehilangan pesonanya


Bagi gw, Jogja selalu memiliki pesonanya sendiri. Pesona yang buat gw selalu rindu untuk kembali. Pesona yang buat gw ngga pernah bosen untuk datang lagi dan lagi. Semacam ada aura tersendiri yang bahkan gw ga bisa menjelaskannya.
Lucu nya, setiap ada kesempatan untuk mengunjungi Jogja, gw ngga pernah punya banyak waktu di sana. Waktu untuk menikmati keindahan Jogja secara keseluruhan.
Jujur, sampai di umur gw yang.. ehmm.. hampir 26 tahun ini, mungkin baru 3 kali kunjungan gw ke jogja yang berkesan.

Kunjungan pertama, waktu awal - awal masuk kuliah. Gw datang ke Jogja dengan Om, Tante dan sepupu gw dari Bandung. Sebenernya tujuan kami ke sana buat mengunjungi salah satu kerabat kami di Jogja. Tapi gw beda. Kunjungan gw ke jogja membawa misi tersendiri. Ntah misi apa, yang jelas gw mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul ketika gw SMA. Mungkin ini lah alasan yang membuat gw selalu ingin balik Jogja. 
Waktu itu, katakan lah gw cuma punya waktu libur selama 3 hari, dan ternyata 2 hari gw habiskan di jalan karena macet banget. Iya sih,, kita soalnya berangkat dari Bandung dengan mobil sendiri. Alhasil, gw sampe Jogja malam hari. Esok paginya gw udah harus balik lagi ke Bandung dengan naik kereta api. Sendirian. Bela - belain banget kan? Tapi yang penting buat gw adalah misi gw berhasil.

Kunjungan ke dua. Ga bisa di bilang kunjungan juga sih sebenernya, gw cuma mampir. Waktu itu gw termasuk salah - satu yang beruntung mewakili kampus untuk ikutan PIMNAS di Surabaya. Karena kita berangkat dari Bandung naik bus, Jadi pulangnya kami semua ke Jogja, eh, maksudnya, cuma mampir ke Malioboronya aja. Abis itu? Ya pulang.

Kunjungan ke tiga nih...
Yang lagi - lagi serba buru - buru. hahaha..
Tapi ini lebih menyenangkan. 16 Agustus 2014, salah satu temen kantor gw, Dea, menyelenggarakan resepsi pernikahannya di Jogja. Dan timbullah ide gila itu. Ide kalau CEG dari Jakarta berangkat naik Bis! Perhitungannya sih, karena memang biayanya lebih murah, di jogja juga ga perlu repot sewa - sewa mobil lagi, dan kebersamaan dengan temen - temen kantor pasti lebih berasa.
Maka jadi lah kami, mungkin sekitar 12 orang, berangkat dari Jakarta, Jumat malam, dengan perkiraan Sabtu pagi kita sudah sampai di Jogja.
Tapi memang manusia hanya bisa berencana.
Kami lupa kalau tanggal itu mendekati hari kemerdekaan. Imbasnya? di jalan banyak banget yang ngadain pawai, karnaval, lomba - lomba. Pokoknya bikin jalan macet... belum lagi jalur yang seharusnya kami lalui di tutup. Terpaksa bis kami cari alternatif jalan lain. Singkatnya, kami menginjakkan kaki di Jogja itu Sabtu sore. 18 jam di bus! how's that sound? ha ha!
Itin yang sudah di susun sedemikian rupa, lenyap sudah! kami cuma sempat ke Rumah makan, apa tuh, Ramingten ya? itu deh.. terus buru - buru juga ke Candi Prambanan buat ngejar sunset di sana.
Sunsetnya sebenernya dapet, cuma kami yang buru - buru, mengingat acaranya dea itu mulai jam 7 malam dan sebelum ke sana kami semua harus mandi. hahaha.. ya udah lah yaa..
Sepulang dari acara Dea, seperti kebanyakan turis jogja lainnya, kami mampir ke malioboro dan alun - alun sambil mikir itin selanjutnya apa sebelum pulang besok.
Tapi.. lagi - lagi.. Manusia hanya bisa berencana. hahaha..
Itin udah di susun dengan rapi, ternyata satu pun dari kita ngga ada yang sanggup bangun pagi. Jadilah kami semua cuma menghabiskan waktu di rumah bayu, sampai jam 9 pagi, kemudian pulang lagi ke Jakarta.
Ngga cuma di situ sih penderitaannya, di perjalanan pulang, pak supirnya nyasarrrr... Nyampe jakarta lagi Senin jam 3 pagi.
lengkaaappp!!!!
3 hari 2 malam, tapi 36 jam nya kami habis kan di dalam bis.
Walaupun begitu, misinya dapet, kebersamaannya berasa banget. thank you guys.
di dalam bus ceria
 

sunset in Prambanan


17-an ala kami



Tapi tetep, gw pengen balik lagi ke Jogja. Pengen banget ngerasain liburan yang orang - orang rasakan ketika mereka di Jogja.