Sabtu, 19 Desember 2015

Chapter 2 : Menuju puncak Gunung Salak

Perjalanan menuju puncak Salak ini bukan hanya menguras tenaga, tetapi juga emosi kita. Lagi – lagi gw harus bilang bahwa kenal dengan siapa kita mendaki itu sangat lah penting. Karena dengan mereka lah kita akan saling menggantungkan hidup di hutan sana.

Lagi asyik menikmati makan malam, tiba – tiba maul dateng nyamperin kami dan minta makan. Hahaha… Terus kami cerita kalau mau summit jam 3 pagi dan membiarkan Maul dan Mastur istirahat aja dulu di tenda. Ternyata Maul ngga setuju. Dia merasa sehat dan mau ikut juga menuju puncak. Alhamdulillah kalau dia merasa sanggup. Berarti rencana awal untuk turun lewat jalur Cimelati tetap dilakukan dengan konsekuensi kita akan melewatkan sunrise di puncak. Ga papa lah, karena yang terpenting buat kami saat ini adalah bisa kembali lagi kerumah.

Selesai makan malam, kami langsung kembali ke tenda masing – masing untuk beristirahat. Gw satu tenda dengan Ayu dan Vinny. Sialnya, ternyata sleeping bag dan jaket yang gw bawa semuanya basah karena hujan. Terpaksa tidur cuma beralaskan matras dan tanpa selimut. Kebayang dong dinginnya kaya apa! Habis hujan – hujanan, tempat lembab dan tanpa perlindungan sedikit pun selain pakaian yang ada dibadan. Bbrrrr… Udah pasti ngga akan bisa tidur nyenyak, makanya gw minum antimo yang di bawa Ayu. Dan alhamdulillah bisa tidur. Tapi… Tepat jam 9 malam, tiba – tiba Ayu bangunin gw. Dia bilang kalau dia menggigil kedinginan. Aduh.. gw panik. Bingung harus ngapain! Yang gw pikirkan cuma kompor, dan itu adanya di tenda Midun. Ga mungkin gw ambil ke sana. Pertama, kalau kesana berarti kaki gw kotor lagi kena lumpur, sedangkan persediaan tisu basah menipis banget. Kedua, kalau harus ke tendanya Midun itu jalannya gelappp bangettt.. dan semua orang sudah tertidur lelap di tendanya masing – masing. Gw jadi parno sendiri. Hahaha.. maaf Ayu, kompornya ga bisa gw ambilin buat angetin badan kamu. Lagi bingung gitu, adek gw kebangun juga, dia bilang skin to skin aja. Oh iya, bener juga. Akhirnya gw ambil tangannya Ayu kemudian gw gosok – gosok dengan kedua tangan gw. Alhamdulillah.. Ayu udah mulai merasa hangat. Vinny juga gw bangunin biar dia bisa pindah ke pinggir dan Ayu di tengah. Jadi waktu kita tidur, Vinny bisa peluk Ayu dan gw bisa tetap genggam tangannya Ayu biar dia tetap merasa hangat. Tapi masalah datang lagi, tiba – tiba Vinny mengerang kesakitan dan bilang kalau lututnya sakit banget. Ngga bisa dilurusin dan merasa sedikit bergeser. Ya ampuunn.. apa lagi ituuuu… Gw cuma bisa bilang, “Coba dipaksa lurusin aja kakinya, topang telapak kaki dengan sesuatu biar betisnya lebih tinggi dan selimutin pake handuk kita, buat Ayu, sebelum tidur, minum antimo aja dulu biar bisa tidur nyenyak”. Alhamdulillah lagi.. dengan begitu semua bisa tidur dengan nyenyak sampai pagi tiba.

Beruntungnya lagi, malam itu ngga ada hujan. Ngga kebayang gimana kalau turun hujan. Pasti tenda kami kebanjiran, karena posisi tenda kami tu sebenarnya jalur aliran air menuju jurang.

6 December 2015

Kami bersiap – siap untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Tinggal 11HM lagi brooohh! Sebelum menuju puncak, semua harus sarapan pokoknya. Ini penting banget untuk mengisi energi kita yang sudah terkuras habis di hari sebelumnya. Apalagi sarapannya spesial, nasi goreng kuah rendang plus indomie. Beuhhh.. enak parah deh pokoknya. Hahaha… Ngelirik jam, sudah menunjukkan pukul 7.30. Gw, Maul, Vinny, Ayu dan Veri memutuskan untuk jalan duluan sementara yang lain masih beres – beres tenda. Ntar juga paling kami kesusul. Hahaha.. dan benar saja, mungkin udah sekitar setengah jam kami jalan, mereka benar – benar bisa menyusul kami. Emang beda ya amatiran dan yang berpengalaman. Pppfttt… Persediaan air sudah sangat menipis. Untuk penjalanan menuju puncak ini, kami cuma membatasi minum maksimal 2 botol untuk semuanya. Hutan masih sama lebatnya, dan trek masih jauh dari kata landai. Masih ingat webing yang kami temui di HM 25? Ternyata itu bukan webing satu - satunya. Untuk menuju puncak ini, ada sekitar sedikitnya 6 webing yang akan dilalui. Mantaapp…
abis sarapan, mata udah seger, siap untuk melanjutkan perjalanan
istirahat di HM45

sebentar lagi puncak!
Setiap melihat patokan itu adalah kebahagiaan tersendiri bagi kami. Melihat angka yang berbeda di patokan itu kaya memberikan semangat baru untuk terus mempercepat langkah kami. Meski ingin, tapi kami ga sanggup. Ya udah, balik lagi ke judul awal grup, "Ngesot bareng ke Salak", sampai akhirnyaa....

HM 49!

Yeay... jalan di depan benar - benar landai. berarti kita sudah sangat dekat dengan puncak. Yuhuuuu.. finally, kami di belokan terakhir menuju puncak! Sampai di puncak kami peluk - pelukan macam teletabis saking seneng dan terharunya. hahaha... Kami sampai di puncak tepat pukul 9.30 WIB.

belokan terakhir sebelum puncak

puncak ada di balik pohon itu, brooo
Sambil istirahat sebentar kami foto - foto dan menikmati alam, meskipun waktu itu kabut sedang naik dan kami ngga bisa lihat apa - apa juga sih. Semua logistik yang tersisa dikeluarkan untuk mengurangi beban, dan kebetulan juga di puncak kami kelaparan. Maka, jadilah persediaan indomie dimasak semua.


laper?
Pukul 11.00 WIB
Puas foto - foto dan perut juga sudah kenyang, kami memutuskan untuk turun. Sebelum turun, Maul sempat tanya ke salah seorang tim yang keliatannya umurnya masih kecil -semacam team SARS atau polisi hutan- yang sengaja ke puncak Gunung Salak untuk ziarah ke makam mbah Salak. Dia bilang, tadi dia mulai naik lewat jalur Cimelati dan sampai ke puncak cuma butuh waktu sekitar 5 jam. Makin semangat lah Maul untuk turun lewat sana. Dia optimis, kalau naik cuma 5 jam, berarti turun pun cuma perlu sekitar 4 jam. Apalagi dia lihat rombongan tim itu cuma bawa daypack dan sedikit air minum.

ternyata isitilah "dont judge a book by its cover" itu benar adanya.

Berpegangan pada e-gps yang di bawa Angga, kami tahu bahwa jalur Cimelati memiliki 5 pos sebelum sampai di basecamp. Tapi jangan harap pos yang ada seperti kebanyakan pos - pos di gunung lain. Pos yang ada ini hanya tulisan yang menjadi petunjuk ada dimana posisi kita sebenarnya dan berapa lama lagi perkiraan waktu yang di butuhkan untuk sampai di basecamp. Jalur Cimelati ini berbeda dengan jalur Cidahu. Di Cimelati dari awal puncak sampai sajauh mata memandang, jalurnya menurunnnnn terusss.. hampir sekitar 60 derajat kemiringannya, tapi juga ga bisa di pakai ngesot. Di sini lah kekuatan lutut benar - benar diandalkan.

*bersambung ke chapter 3* 

2 komentar:

  1. Aaaaaahh terharuuu makasih vira vinny, maafkan malem2 bangunin karna kedingininan..

    makasih jg udah jadi part of tim salak 4-6 desember. Ajaak2 lagi yah haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama - sama ayu. hahaha.. bener - bener pengalaman berharga yaa...
      jangan kapok ya trip bareng kami. hehehe

      Hapus