Rabu, 28 Desember 2016

Turning to 27

28 December 2016.
Ga berasa banget, tau tau umur gw udah 27 tahun. Setiap tanggal ini, selalu terlintas dalam pikiran gw, apa ya yang udah gw lakukan selama ini untuk diri gw, keluarga, teman teman? apa yang udah gw dapet?apa yang masih harus gw cari? apa yang masih harus gw pelajari? yang harus gw usahakan? yang harus gw perbaiki? dan pikiran - pikiran lainnya.

Well, apapun itu, gw sangat bersyukur sampai detik ini masih diberikan nikmat untuk bernapas, nikmat keluarga, nikmat hidup berkecukupan, nikmat pekerjaan, nikmat kesempatan untuk menikmati hidup dan nikmat - nikmat lainya.

Di tanggal ini pula, selalu menyadarkan gw bahwa gw hidup ga sendiri. Tons of wish for me on this day. Selalu terharu setiap ada orang yang ngucapin "happy birthday, Vira!"
Maybe people will dont know how much happy Iam when they say that to me. Di tambah lagi doa yang kalian ucapkan. Mata gw bisa berlinang - linang. Seriously! #anaknyadramabanget

Ucapan bertubi - tubi datang dari pagi hingga malam. Bahkan tetangga rumah yang sudah bertahun tahun ga ketemu bela - bela in whatsapp buat ngasih ucapan (haiii ista), teman trip yang baru sekali trip bareng tapi tetap in touch di group tiba - tiba ngabarin mau ngirim kado (thank you femiii), bu seri yang mau beliin 110 buah pempek buat dimakan sama temen temen satu department, kejutan di malam hari dari adek dan debby (and thanks also to mei), dan kejutan - kejutan kado - kado lainnya yang bahkan ada yang dari no name. See.. How can I resist to be happy. Realizing that I still have many people around me, care about me.

Diumur ini juga adalah tahun pertama gw menjadi seorang istri. Yess, we are merried in 10 December 2016😃😃. Menambah list doa yang diucapin orang2, "semoga cepet dapet momongan ya vir!" Atau "semoga pernikahannya langgeng selalu dan barrokah".. Terlebih doa dari suami, dari mama papa baru, keluarga baru...
Oohh... Iam soo blessed.

Terima kasih Allah..
Terima kasih mama, terima kasih papa
Terima kasih adek, kakak
Terima kasih suami ku





Kamis, 14 Juli 2016

Hidup sendiri, dalam kepura - puraan itu menyiksa

belakangan ini, entah sudah berapa lama... mungkin beberapa minggu, atau beberapa bulan atau bahkan tahun, gw sadar kalau gw memang cuma sendiri. 
dulu gw punya banyak teman, punya sahabat dan punya pacar yang selalu ada, yang bikin gw ngga pernah punya kesempatan bahkan untuk ngelamun satu menit ajaaa..

sekarang.. 

sahabat gw yang dulu selalu bareng2, satu persatu punya keluarganya sendiri.. punya kehidupannya sendiri..iyaa.. bukan berarti mereka lupa sama gw.. mereka tetep sahabat gw.. tapi gw ngga bisa face to face langsung meluk mereka ketika gw seneng atau sedih.. punya pacar, yang insya Allah sebentar lagi menjadi suami, tapi jauh, cuma bisa bercerita melepas rindu lewat telpon. 

mungkin gw cuma syok! belum siap menghadapi dunia sendirian. belum siap kalau ngga punya siapa siapa. Beruntung masih ada adek yang lagi melanjutkan studinya di Jakarta. Dia satu - satunya tempat gw cerita. Tapi kalau dia ngga ada, gw bengong lagi. 

bener kata orang, kita bisa liat siapa yang benar - benar peduli sama kita itu ketika kita jatuh...

12 July 2016 gw sakit (sampai saat ini gw sebenernya masih bed rest di kosan setelah kemaren siang muntah - muntah karena maksain masuk kantor)
Pagi - pagi gw izin sakit, bos gw bilang " ok, kamu istirahat pagi. Kalau siang sudah baikan dan bisa masuk kantor, please let me know". saat itu juga gw yakin bahwa bos gw ngga peduli sama gw, dia cuma peduli sama kerjaan gw. 

besok malem nya temen gw ada yang whatsapp, 
"Vir, kamu masih sakit?"
gw pikir dia peduli sama gw, setelah gw jawab, sudah mulai mendingan, dia jawab
"Oh, itu kata pembuka. Aku mau minjem gamis" 

dan ternyata yang benar - benar peduli cuma kelurga dan pacar. 
Tapi mereka jauh.. 

Minggu, 21 Februari 2016

Karena kita adalah milik-Nya dan akan kembali pada-Nya

Ini bukan yang pertama kalinya kami sekeluarga kehilangan sosok yang kami sayangi...
Tapi perasaan ditinggalkan seseorang untuk selama - lamanya adalah hal terberat yang harus gw hadapi.

Ya, 17 February 2016, keluarga besar kami berduka.

Docik Erick, kakak sepupu kami, ayah dari 2 putri kecilnya, menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya. infeksi paru - paru, vonis dokter.
Gw sama docik memang ga begitu dekat, tapi gw tau, dia akan berada dibarisan paling depan kalau kami disakiti orang lain, dia juga yang akan pertama kalinya dengan senang hati mengulurkan tangan jika keluarganya membutuhkan pertolongan. Dia juga yang pantang menyerah untuk selalu menyenangkan hati istri dan kedua putri kecil nya yang cantik.

Docik memang sudah pergi. Tapi dia akan selalu ada di hati kami.
Yang kami yakini, docik sudah tenang di alam sana, tempat terindah di sisi Allah. Bersama Ayah M dan bang Pe'i.

Selamat jalan docik, doa kami teriring selalu untuk mu. Terima kasih sudah menjadi kakak terbaik untuk kami, ayah yang selalu ada untuk nabil dan nadine, suami yang sholeh untuk mbak Wid, Anak yang berbakti untuk mama dan papa deden, adik yang patuh untuk aak dan bang pe'i, cucu yang baik untuk ayah dan ibuk M.

Salam rindu kami untuk mu, Ayah M dan bang pe'i...