Sabtu, 19 Desember 2015

Chapter 3 : Drama Turun Gunung Salak

Masih jelas banget di ingatan gw kejadian itu. Kejadian dimana Maul terkena hipotermia...

Ternyata kecepatan kami untuk turun ngga sesuai perkiraan. Apalagi dari awal kita turun, sebenernya sudah mulai hujan turun rintik - rintik. Jadi kalau ngga hati - hati, yang ada malah kepeleset. Perjalanan dari puncak sampai ke pos 5 ternyata memakan waktu satu jam. Waktu kami lagi istirahat , ga lama kemudian tim yang tadi ziarah sudah mulai turun gunung juga nyusul kami, dan mereka LARI! Gedebuk - gedebuk, suara langkah pasti mereka. Ga kaya kami yang turun langkah demi langkah. 
  

tiba di pos 5
 Sempat juga kami tanya
"Mas, cepet bener jalannya? ga takut jatuh?"
"Ngga mas, kita sudah biasa kaya gini sambil bawa mayat"

e busett.. kami langsung saling pandang. Ya pantas aja mereka cepet..

Walaupun di puncak sudah istirahat dan makan, sebenarnya tenaga yang kami punya sudah terkuras habis. Jalan kami sudah mulai terseok - seok. Sebentar - sebentar berhenti. Apalagi air minum sudah sangat terbatas. Badan gw sudah lengket banget, tangan dan kaki penuh lumpur. Sebenarnya di jalur cimelati ini ada air terjun, tapi untuk sampai ke sana bukan-lah hal yang mudah. Jadi lebih baik gw mengurungkan niat aja lah.

Jam 2 siang
Kami tiba di pos 3. Alhamdulillah di sini ada pipa air yang sengaja ada bolongannya untuk di manfaatkan para pendaki untuk refill air minumnya. Kami juga bisa bersih - bersih. Sempat kepikiran untuk mandi sebentar, tapi tiba - tiba hujan besar datang. Deraaaasssss bangetttt... petir dan kilat lomba - lomba untuk menyambar. Padahal awalnya di pos 3 ini kami hanya ingin istirahat sebentar, tapi perjalanan ngga mungkin kami lanjutkan. Berjalan di jalur Cimelati dalam keadaan hujan deras akan sangat berbahaya karena daerah ini rawan longsor. Kami berteduh dengan alat seadanya. Midun lebarkan lagi flysheet-nya untuk tempat berteduh dia, Maul dan Andi. Asyraf, Angga, Ayu dan Mastur berlindung menggunakan payung, gw berdua Vinny manfaatin matras yang kami bawa. Sedangkan Veri, dia cuma berteduh di bawah pohon dengan berlindung dibalik ponconya.

Setengah jam kami tunggu, hujan tak kunjung reda. Malah semakin deras. Semua orang sudah mulai menggigil kedinginan. Sampai akhirnya Mastur inisiatif untuk buka tenda berkapasitas 5 orang untuk menghangatkan badan. Awalnya isi tenda cuma Andi, Asyraf Mastur dan Veri. Tapi ternyata kurang hangat. Akhirnya gw dan Vinny ikut gabung di tenda. Meski tenda udah penuh, kami masih kedinginan juga. Masih ada space untuk Ayu dan Angga. Akhirnya kami ajak mereka gabung. Oh iyaa.. masih ada Maul dan Midun di luar sana. Mereka masih berteduh di bawah flysheet. Gw ajak mereka untuk gabung ke tenda. Tapi cuma Maul yang mau. Yowes.. Jadilah kami berdesak - desakan di dalam satu tenda. Kami sudah mulai merasa hangat. Satu kompor dihidupkan di tengah - tengah kami untuk merebus air dan uap yang ada akan bikin kami tambah merasa hangat. Maul udah keliatan banget mukanya pucat. Badannya dingin banget. Dengan masih menggendong tas daypack-nya dan jas hujan yang dia pakai, gw usap - usap tangannya dia sambil sesekali gw pijit punggungnya. Maul diam aja. Dia ngga respon apa - apa. Gw pikir mungkin karena dia emang pengen istirahat, karena sebelumnya gw sempat nyuruh dia untuk buka jas hujan dan tas dia biar ga ribet. Tapi dia bilang ga perlu.

Masih dengan usap - usap tangan dia, Andi bilang, "Vir, itu Maul di bangunin, ajak ngobrol". Bodohnya, gw bilang ga usah, karena Maul perlu istirahat. Dia mungkin pengen tidur sebentar, jadi baiknya kita biarin aja dia. Ternyata gw salah. Maul bukan mau istirahat. Beruntungnya Andi mendesak gw untuk bangunin Maul.
Awalnya gw masih dengan hati - hati bangunin Maul.

"Ul, bangun Ul... lu ga papa kan?". Ga ada respon dari Maul. Dia masih tidur dengan muka menunduk. Gw masih merasa semua baik - baik aja, sampai akhirnya berkali kali gw panggil Maul dan dia ngga respon. Temen - temen yang lain juga pada manggil Maul. Tapi tetap dia ngga ada respon. Gw baru sadar kalau Maul ngga sadarkan diri! Dan kemungkinan dia terserang hipotermia, kondisi dimana suhu tubuh menurun drastis dan menyebabkan kesadaran menghilang secara perlahan hingga pingsan. Suara gw mulai meninggi dan panik.

"MAUL BANGUUUNNNN!!!"

Sampai badan Maul gw goncang - goncang, dia tetap ngga ada respon. 

Andi bilang "Vir, tampar mukanya"
Dengan ga enak hati gw tampar Maul. Tapi masih belum respon. Badan Maul gw goyang - goyangkan lagi sambil sesekali gw tampar lagi. Pengen nangis rasanya. Ayu dan Vinny cuma bisa terdiam lihat kejadian itu. Masih dalam kondisi panik gw teriak "UL.. LU SADAR GA?? DENGER SUARA GW GA? TATAP GW, UL!". Dalam hati gw, "kasih gw respon, Ul.. pleaseeee..."

Akhirnya mata dia sedikit kebuka.
Gw teriak lagi buat memastikan, "Maul, lu dengar suara gw kannn?". Maul mengangguk sebagai tanda respon. Gw lega... Abis itu gw langsung mundur. Tugas selanjutnya gw serahin ke Andi dan Mastur. Biar Maul merasa hangat mereka harus skin to skin. Alhamdulillah, Angga memang penuh persiapan. Dia bawa alumunium foil yang biasa digunakan untuk sauna. Jadi sebelum Maul, Mastur dan Andi skin to skin, baju Maul di buka dan dia dibungkus dengan alumunium foil itu. Ternyata Maul belum sepenuhnya sadar. Andi dan Mastur masih berusaha menghangatkan badan Maul, mengusap - usap badan Maul. Tangan maul kami rendam di air yang kami masak.

Andi sesekali teriak, "Ul bangun, Ul. Ingat sebentar lagi lu mau jadi bapak!"
Asyraf di samping gw juga bilang, "Bang Maul, respon bang".
Kami yang cewek, cuma bisa terdiam.

Ga lama kemudian Maul nangis. Alhamdulillah.. lega banget rasanya. Maul udah bisa nangis berarti kesadarannya mulai pulih. Ga berapa lama drama ga sadarkan dirinya Maul, hujan pun berhenti. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Maul kami biarkan jalan duluan dengan dikawal oleh Angga dan Asyraf, karena kami harus beberes dahulu. Kabut sehabis hujan pekat banget. Jarak pandang ngga nyampe 10 meter mungkin. Apalagi kilat juga masih sering menyambar. Itu menandakan bahwa kami harus ekstra hati - hati.

Perjalanan dari pos 3 ke pos selanjutnya sudah ga begitu berat. Tapi tetap saja, karena kami semua sudah sangat lelah, langkah kami terseok - seok. Bahkan ga jarang Vinny, Veri dan Andi terpeleset. 

Jam 5 sore
Akhirnya sampai lah kami di pos satu. Tapi ternyata kami belum bisa merasa bahagia. Dari pos satu menuju basecamp itu masih jauhhh bangetttt..  Bahkan sampai adzan magrib pun kami masih berada di tengah hutan. Sejujurnya gw mulai parno. Senter kami cuma 3 yang berfungsi maksimal. Andi, Mastur, Veri dan Vinny sudah ga ada tenaga lagi. Langkah kami semakin melambat, tapi hari semakin gelap. Jalan belum menampakkan ujungnya. Di tengah kepasrahaan kami, ada sosok yang datang dari berlawanan arah dengan menggunakan senter. Dan ternyata itu Angga!. Whuaaaa.. terharu banget bisa ketemu Angga lagi. Kalau dia bisa balik lagi, berarti ujung hutan sudah semakin dekat. Kedatangan Angga seperti membawa semangat tersendiri bagi kami. Veri, karena masih terjatuh - jatuh terus akhirnya tas nya di bawa Angga.

Angga bilang, "Nanti kita bersih - bersih di mesjid. Udah ga begitu jauh kok".
"Terus Maul gimana?"
"Dia udah baikan lagi"
Alhamdulillah.

Benar saja, ngga sampai setengah jam kayanya, kami sampai di pintu pertama pendakian. Di sana ada pos penjagaan dan ga jauh dari sana ada mesjid. Kami tiba di mesjid, pas banget waktu isya. Lebih lega lagi lihat Maul sudah ngerokok lagi. Berarti dia udah bener - bener sehat!

Bersih - bersih sudah, tinggal mikirin gimana caranya pulang lagi ke Jakarta. Kalau mau naik communter line, sudah pasti ngga akan sempat. Mau naik bis juga udah capet harus ngeteng. Akhirnya kami nego ke kang dede, mau ngga dia antar kami ke Jakarta. Kang dede bilang bisa. Tapi cuma satu Mobil. Terpaksa Mastur, Asyraf, dan Midun mengalah dan memilih untuk ngeteng naik bus. Sebelum berpisah, kita sempatkan makan bareng dulu nasi goreng di pinggir jalan. Tapi gw sama Angga lebih memilih untuk makan nasi rames yang jual di sebelahnya. Ya habis udah 2 hari makannya nasi goreng, masa sekarang nasi goreng lagi. hehehe..

Jam 11 malam kami berangkat menuju Jakarta. Meski mobilnya carry dan di isi oleh 10 orang, kami tetap bisa tidur nyaman. hahaha.. Alhamdulillah jam 1 malam gw sampai di depan kantor. Tinggal jalan kaki sedikit ke kosan.

Selesai sudah cerita pendakian penuh drama ini. Pengalaman yang ga akan pernah gw lupain.
Terima kasih ya untuk kebersamaan dan saling melindunginya. Angga, Andi, Maul, Mastur, Veri, Ayu, Maraden, Midun, Asyraf, Vinny. Yokk kita nanjak lagi. #eh

we did it!

makam mbah salak

selfi is the best part

Maul 3 jam sebelum tepar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar